Jumat, 26 November 2010

Seleksi Administrasi dan Seleksi Tertulis for Dummies


Posting blog ini sekedar sharing mengenai tahapan-tahapan tes dalam mencari beasiswa Master. Tidak sepenuhnya sama antar beasiswa yang satu dengan yang lain. Beasiswa yang saya dapatkan berasal dari kantor saya sendiri, Kementerian Keuangan. Namun tahapan-tahapannya, saya pikir relatif mirip dengan beasiswa lain. Semoga bisa bermanfaat.

Beasiswa yang saya ikuti adalah beasiswa SPIRIT (Scholarship Program for Strengthening the Reforming Institution) dari Pusdiklat Pengembangan Sumber Daya Manusia (PPSDM), Badan Pendidikan dan Pelatihan (BPPK) Kementerian Keuangan RI. Beasiswa SPIRIT ini terdiri dari tiga jenis, yaitu studi dalam negeri, linkage (dual degree dalam dan luar negeri) serta luar negeri. Semuanya meliputi beasiswa Strata 2 ataupun Strata 3.

Tahap pertama seleksi beasiswa adalah seleksi administrasi. Yang diperlukan cukup standar: kopi ijazah dilegalisasi, kopi transkrip dilegalisasi, formulir isian pendaftaran, surat keterangan pegawai (diurus bagian kepegawaian), dan kalau tidak salah kopi hasil tes TOEFL (meski kemudian dites lagi). Meski dibilang hanya seleksi normatif, tapi ternyata ada beberapa teman saya yang tidak lolos seleksi administrasi ini. Jadi, sekalipun terkesan sepele, perlu dipastikan apakah kelengkapan kita sudah terpenuhi atau belum.

Seleksi tahap kedua adalah seleksi tertulis. Tes ini berjalan dua hari. Hari pertama, 4 November 2010, Tes Potensi Akademik di pagi hari dilanjutkan dengan Tes Kemampuan Berbahasa Inggris (PBT-TOEFL Test). Sementara hari kedua, 5 November 2010, Psikotes berjalan setengah hari saja.

Untuk persiapan seleksi tertulis awalnya berjalan baik, karena Pak Satya, bagian pengembangan SDM di bagian kepegawaian berinisiatif mengundang pihak GPS Jakarta untuk datang ke kantor memberikan pelatihan TPA. Selain itu, Direktorat Penyusunan APBN, berinisiatif untuk mengundang seorang pelatih TOEFL untuk sharing tentang TOEFL PBT. Alhamdulillah. Namun menjelang hari H, persiapan justru agak keteteran. Semalam sebelum tes, saya baru pulang kantor pukul 8 malam! Haduh!

Buku ‘Tes Intelegensia’ dari  Yul Iskandar dan lembaran soal-soal dari GPS Jakarta sempat saya baca beberapa hari sebelumnya, tapi slide presentasi TOEFL dan sebuah buku Tes TOEFL yang saya beli hanya dibaca secara SKS alias Sistem Kebut Semalam. Ini benar-benar berpengaruh ternyata. Karena ternyata hasil TOEFL saya dalam test beasiswa ini jauuuhhhh turun dibanding hasil Test TOEFL Institusional di UI beberapa bulan sebelumnya. Alhamdulillah masih di atas 500 dan di atas batas minimal seleksi beasiswa.
Pengalaman saya, pelatihan TPA dari GPS Jakarta (walaupun hanya satu hari) dan buku Yul Iskandar cukup bermanfaat sebagai modal tes TPA dan Psikotes. Setidaknya jadi familiar lagi dengan tipikal soal-soal tes tersebut. Maklum, terakhir kali nyentuh tes-tes seperti itu saat era pencarian kerja dulu.

Tes TPA cukup standar. Hitungan, bahasa Indonesia yang jarang dipakai dalam keseharian, logika angka, logika kata. Sementara Tes TOEFL PBT menguji kemampuan Reading (membaca), Listening (mendengarkan), dan Structure (struktur grammar atau tata bahasa Inggris). Banyak tentunya buku-buku persiapan TOEFL, tapi mungkin lebih baik kalau membeli buku latihan saja dibanding buku persiapan yang naratif atau sekedar berisi tips.

Tes Psikotes sebenarnya kurang saya suka. Saya kurang bisa menggambar pada dasarnya, tapi banyak psikotes justru berhubungan dengan gambar. Mulai dari logika gambar,logika angka, tes Pauli (menjumlahkan angka di kertas seukuran koran dari atas ke bawah), tes Wartegg (melengkapi gambar di delapan kotak), hingga menggambar pohon dan orang dijalani agak kurang enjoy, walau memaksakan diri tetap fokus juga. Saya cuma meyakinkan diri kalau gambar saya nggak perlu bagus yang penting menarik. Menggambar pada tipe psikotes ini pernah saya jalani ketika tes untuk Unilever Busines Week di tahun 2006, dan alhmadulillah saya lolos jadi trainee. Beberapa gambar malah saya “reka ulang” dari tes untuk Unilever dulu he he he. Alhamdulillah, akhirnya di tahapan seleksi tertulis ini lolos juga.

Untuk seleksi beasiswa ini, syarat minimal TPA adalah 565, TOEFL PBT 450, dan Psikotes minimal B. Untuk psikotes ini saya kurang tahu sih apa yang dimaksud B dan A. Kata seorang teman, ini hanya tipikal saja, bukan urutan. Tapi kata seorang teman yang lain, dia mendapat hasil TPA dan TOEFL diatas persyaratan minimal, tapi sayang nilai psikotesnya C, jadi gagal seleksi tertulis.

Tes seleksi tertulis yang agak kurang persiapan dan dipaksa harus melaksanakan pekerjaan yang bukan bidang saya, yaitu menggambar, membuat saya berupaya melalui jalan sakti dalam berusaha: doa. Untunglah tempat seleksi saya di area Kantor Bea dan Cukai, Jalan Ahmad Yani, Jakarta Pusat dilengkapi dengan masjid yang nyaman. Setiap pagi, sebelum tes, saya sempatkan dulu shalat Dhuha beberapa rakaat. Pasrah banget lah. Saya kebetulan orang yang percaya, kalau usaha dan upaya sudah mentok, doa senjata yang paling kuasa he he he.

Beberapa cerita lainnya akan saya coba unggah ke blog ini secara bertahap. Semoga sharing pengalaman ini bisa bermanfaat. Semoga pula Allah swt menghindarkan saya dari niatan riya dan takabur dalam menuliskannya. :)

Ceita lain bisa disimak melalui posting dengan label scholarships