Posting blog ini sekedar sharing mengenai tahapan-tahapan tes dalam mencari beasiswa Master. Tidak sepenuhnya sama antar beasiswa yang satu dengan yang lain. Beasiswa yang
saya dapatkan berasal dari kantor saya sendiri, Kementerian Keuangan.
Namun tahapan-tahapannya, saya pikir relatif mirip dengan beasiswa lain. Semoga bisa bermanfaat.
Beasiswa yang saya ikuti adalah beasiswa SPIRIT (Scholarship Program for Strengthening the Reforming Institution) dari Pusdiklat Pengembangan Sumber Daya Manusia (PPSDM), Badan Pendidikan dan Pelatihan (BPPK) Kementerian Keuangan RI. Beasiswa SPIRIT ini terdiri dari tiga jenis, yaitu studi dalam negeri, linkage (dual degree dalam dan luar negeri) serta luar negeri. Semuanya meliputi beasiswa Strata 2 ataupun Strata 3.
Beasiswa yang saya ikuti adalah beasiswa SPIRIT (Scholarship Program for Strengthening the Reforming Institution) dari Pusdiklat Pengembangan Sumber Daya Manusia (PPSDM), Badan Pendidikan dan Pelatihan (BPPK) Kementerian Keuangan RI. Beasiswa SPIRIT ini terdiri dari tiga jenis, yaitu studi dalam negeri, linkage (dual degree dalam dan luar negeri) serta luar negeri. Semuanya meliputi beasiswa Strata 2 ataupun Strata 3.
Tahap pertama
seleksi beasiswa adalah seleksi administrasi. Yang diperlukan cukup standar:
kopi ijazah dilegalisasi, kopi transkrip dilegalisasi, formulir isian
pendaftaran, surat keterangan pegawai (diurus bagian kepegawaian), dan kalau tidak salah kopi hasil
tes TOEFL (meski kemudian dites lagi). Meski dibilang hanya seleksi normatif,
tapi ternyata ada beberapa teman saya yang tidak lolos seleksi administrasi
ini. Jadi, sekalipun terkesan sepele, perlu dipastikan apakah kelengkapan kita
sudah terpenuhi atau belum.
Seleksi tahap
kedua adalah seleksi tertulis. Tes ini berjalan dua hari. Hari pertama, 4
November 2010, Tes Potensi Akademik di pagi hari dilanjutkan dengan Tes
Kemampuan Berbahasa Inggris (PBT-TOEFL Test). Sementara hari kedua, 5 November
2010, Psikotes berjalan setengah hari saja.
Untuk persiapan
seleksi tertulis awalnya berjalan baik, karena Pak Satya, bagian pengembangan
SDM di bagian kepegawaian berinisiatif mengundang pihak GPS Jakarta untuk
datang ke kantor memberikan pelatihan TPA. Selain itu, Direktorat Penyusunan
APBN, berinisiatif untuk mengundang seorang pelatih TOEFL untuk sharing tentang
TOEFL PBT. Alhamdulillah. Namun menjelang hari H, persiapan justru agak
keteteran. Semalam sebelum tes, saya baru pulang kantor pukul 8 malam! Haduh!
Buku ‘Tes
Intelegensia’ dari Yul Iskandar dan
lembaran soal-soal dari GPS Jakarta sempat saya baca beberapa hari sebelumnya,
tapi slide presentasi TOEFL dan sebuah buku Tes TOEFL yang saya beli hanya dibaca
secara SKS alias Sistem Kebut Semalam. Ini benar-benar berpengaruh ternyata.
Karena ternyata hasil TOEFL saya dalam test beasiswa ini jauuuhhhh turun
dibanding hasil Test TOEFL Institusional di UI beberapa bulan sebelumnya.
Alhamdulillah masih di atas 500 dan di atas batas minimal seleksi beasiswa.
Pengalaman saya,
pelatihan TPA dari GPS Jakarta (walaupun hanya satu hari) dan buku Yul Iskandar
cukup bermanfaat sebagai modal tes TPA dan Psikotes. Setidaknya jadi familiar
lagi dengan tipikal soal-soal tes tersebut. Maklum, terakhir kali nyentuh tes-tes
seperti itu saat era pencarian kerja dulu.
Tes TPA cukup
standar. Hitungan, bahasa Indonesia yang jarang dipakai dalam keseharian,
logika angka, logika kata. Sementara Tes TOEFL PBT menguji kemampuan Reading
(membaca), Listening (mendengarkan), dan Structure (struktur grammar atau tata
bahasa Inggris). Banyak tentunya buku-buku persiapan TOEFL, tapi mungkin lebih
baik kalau membeli buku latihan saja dibanding buku persiapan yang naratif
atau sekedar berisi tips.
Tes Psikotes
sebenarnya kurang saya suka. Saya kurang bisa menggambar pada dasarnya, tapi banyak psikotes justru berhubungan
dengan gambar. Mulai dari logika gambar,logika angka, tes Pauli (menjumlahkan
angka di kertas seukuran koran dari atas ke bawah), tes Wartegg (melengkapi
gambar di delapan kotak), hingga menggambar pohon dan orang dijalani agak
kurang enjoy, walau memaksakan diri tetap fokus juga. Saya cuma meyakinkan diri
kalau gambar saya nggak perlu bagus yang penting menarik. Menggambar pada
tipe psikotes ini pernah saya jalani ketika tes untuk Unilever Busines Week di
tahun 2006, dan alhmadulillah saya lolos jadi trainee. Beberapa gambar malah
saya “reka ulang” dari tes untuk Unilever dulu he he he. Alhamdulillah,
akhirnya di tahapan seleksi tertulis ini lolos juga.
Untuk seleksi
beasiswa ini, syarat minimal TPA adalah 565, TOEFL PBT 450, dan Psikotes
minimal B. Untuk psikotes ini saya kurang tahu sih apa yang dimaksud B dan A.
Kata seorang teman, ini hanya tipikal saja, bukan urutan. Tapi kata seorang
teman yang lain, dia mendapat hasil TPA dan TOEFL diatas persyaratan minimal,
tapi sayang nilai psikotesnya C, jadi gagal seleksi tertulis.
Tes seleksi tertulis yang agak kurang persiapan dan
dipaksa harus melaksanakan pekerjaan yang bukan bidang saya, yaitu menggambar,
membuat saya berupaya melalui jalan sakti dalam berusaha: doa. Untunglah tempat
seleksi saya di area Kantor
Bea dan Cukai, Jalan Ahmad Yani, Jakarta Pusat
dilengkapi dengan masjid yang nyaman. Setiap pagi, sebelum tes, saya sempatkan
dulu shalat Dhuha beberapa rakaat. Pasrah banget lah. Saya kebetulan orang yang percaya, kalau usaha
dan upaya sudah mentok, doa senjata yang paling kuasa he he he.
Beberapa cerita lainnya akan saya coba unggah ke blog ini secara bertahap. Semoga sharing pengalaman ini bisa bermanfaat. Semoga pula Allah swt menghindarkan saya dari niatan riya dan takabur dalam menuliskannya. :)
Ceita lain bisa disimak melalui posting dengan label scholarships.
Beberapa cerita lainnya akan saya coba unggah ke blog ini secara bertahap. Semoga sharing pengalaman ini bisa bermanfaat. Semoga pula Allah swt menghindarkan saya dari niatan riya dan takabur dalam menuliskannya. :)
Ceita lain bisa disimak melalui posting dengan label scholarships.
picture courtesy of http://multa2001.multiply.com/links/item/91/91
Tidak ada komentar:
Posting Komentar