Selasa, 15 Januari 2013

Bersuku-suku Manusia


"Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal." (QS Al Hujuurat: 13)


Jumat, 11 Januari, lalu saya mencoba mengikuti shalat Jumat di Masjid Aqsa, Harlem. Ya, di Harlem! Tempat yang selama ini cukup saya hindari mengingat areanya yang konon kurang "bersahabat". Terlebih, pengalaman dicegat orang mabuk waktu di Simpson Street, South Bronx, cukup traumatis juga. 

Tapi berhubung masih dalam semangat tahun baru (resolusi untuk keluar dari area zona nyaman), rasa penasaran membuat saya berani melewati area Morningside Park, dari Columbia University ke Lexington Avenue di East Harlem. Saya mengetahui adanya masjid Aqsa ini dari aplikasi zabihah.com, sebuah situs database tempat makan halal serta lokasi masjid dan sekolah Islam. Berbekal google maps, saya cari penunjuk arah ke masjid ini.

Lokasi Masjid Aqsa ini lumayan gampang dicari. Ada di Lexington Avenue dan 116th street. Tulisan Masjid Aqsa terpampang dengan sangat jelas. Pada hari Jumat, terlihat pula beberapa perempuan berkulit hitam sedang bersiap-siap menjajakan jualannya. Saya lihat ada yang berjualan syal, topi, madu, dan tentunya makanan-makanan.

Seorang "brother" (panggilan akrab sesama muslim yang biasa saya pakai ketika belum mengenal nama) menghampiri saya ketika saya kebingungan bagaimana cara membuka pintu masuk Masjid Aqsa ini. Saya bertanya jam berapa biasanya shalat Jumat di masjid tersebut dimulai. Dia menjawab dengan jelas kalau shalat Jumat biasa dimulai sekitar pukul 12:30. Bahan si "brother" ini menjelaskan pula waktu shalat Ashar dan Maghrib.

Area wudhu Masjid Aqsa ada di bagian basement. Tempat wudhu-nya cukup bersih dan banyak sandal karet tersedia untuk berwudhu. Seorang bapak, kelihatannya pengurus masjid, dengan ramah menganjurkan saya memakai sandal saat berwudhu. "It looks like the floor is clean, but it's not," katanya. Di lantai basement ini terdapat pula tempat shalat. Namun tempat shalat utama, yang menjadi tempat khotib memberikan khutbah, ada di lantai pertama.

Memasuki area masjid, rak sepatu sudah tersedia di dekat pintu dan jajaran tiang lengkap dengan gantungan baju siap menampung jaket musim dingin yang dikenakan para jemaah.

Saya cukup kaget ketika mayoritas, mungkin sampai sembilah puluh persen jemaah, adalah kulit hitam.






Saya memilih tempat di depan. Shaf ke-3 tepatnya.Sebelum memulai shalat sunat, ternyata ada panitia masjid yang sedang membagi-bagikan air mineral botolan untuk jamaah. Impresif!

Selesai shalat sunah, seorang "brother" berkulit hitam lain tampak selesai shalat sunat juga di sebelah saya, kemudian mengulurkan tangan dan berjabat.

"Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumusalaam," jawab saya.

Tak lama, seorang bapak di sebelah kanan saya juga selesai dari shalat sunat, dan kemudian memberi salam dan menjabat tangan juga.

"Kaifal khal?" tanya beliau.

"Alhamdulillah, good. And you?"

"Alhamdulillah." jawabnya singkat. Kemudian beliau berzikir.

Jemaah semakin banyak berdatangan dan masjid bertambah penuh. Mayoritas jamaah, mungkin sampai 90 persen, adalah kulit hitam.

Ketika khatib naik ke mimbar dan mulai membacakan khutbahnya, saya agak terkaget-kaget. Bahasa apa sih itu? Ternyata bahasa Perancis.

Selidik punya selidik (setelah usai Jumatan), mayoritas jamaah di Masjid Aqsa ini adalah imigran dari Pantai Gading. Sebuah negara di benua hitam yang cukup dikenal dengan sepakbolanya dan bekas negara jajahan Perancis.

Untunglah beberapa kata dari khutbah itu mengandung bahasa Arab, jadi cukup bisa mengira-ngira arahnya ke mana. Seusai jeda khutbah, penceramah mengubah khutbahnya dengan bahasa Arab lalu kemudian bahasa Inggris. Inti khutbahnya sama, namun penyampaian dalam bahasa Arab dan bahasa Inggris jauh lebih singkat. 

Shalat Jumat berlangsung khidmat.

Selesai bubar shalat, di luar masjid sudah ada beberapa meja berjualan beraneka macam makanan dikerumuni oleh para jemaah yang baru selesai shalat. Susana yang mengingatkan saya pada Masjid Kampus UGM, Yogyakarta. :) 

Rabu, 02 Januari 2013

The 2012 Recap

The 2012 was an amazing year. A year when I mostly got myself out of the comfort zone. A lot of hopes were written on early January of the year. I was quite depressed as I was waiting for announcement of my graduate school application, and at the same times was getting (myself used to) back to work again after almost five months training from August to December 2011.

A few months of early 2012 was filled by sending out applications for graduate school and checking emails for their updates. The situation deprived me of life, including work-life. I was lucky that the office tasks were not as overwhelming as it was before. Three staffs (Mas Tulus, Mas Totot, and me) as partners in crimes enlightened the burden and brought a lot of fun. Meetings and coordinatings (or simply free-lunches) here and there as usual. A road trip with bunch of friends to Wonosobo for Andien's wedding was hilarious as the year opening. Enjoyed the Dieng mountain a lot!

March 15, 2012 was a day of a dream came true. I received an acceptance letter from School of International and Public Affairs (SIPA), Columbia University. SIPA was top of the pops of graduate school I applied for. I had struggled to reach TOEFL and GRE, yet someone told me that my scores was not enough to enroll in such an ivy league. The fact that I was accepted was an eerie feeling. Between anxiety and excitement.

April, May, and June! The service passport and US Visa things took a lot of my time. Felt a lil bad with my office mates as I left the office quite often but thankfully they are super-nice-to-work-with. These months were busy times of Semester Progress Report and Proposed Budget for the upcoming Fiscal Year. During this months as well, I got a certificate for "Creative Thinking" short course from PPM Manajemen and made a road trip Jakarta-Lampung-Jakarta with Mas Tulus, Wasis, and Zaki on a weekend for Icha's wedding. Fun.

On July, I got my US Visa. Hurray!

August was the first time I finally left Indonesia for more than two-weeks. On the Ramadhan, a week before the Eid, I flew to a new city: New York. Met up new people, heard new languages, spoke in a new language, adapted new habits, faced different customs. Out of a comfort zone. Totally.

September to Mid-December. Ivy league rigorousness! School-library-starbucks-anotherlibrary-school. Paper-homework-groupproject-practiceproblem-problemset-anotherpaper-anotherhomework.... Thanksgiving break thankfully gave me a space to travel to Philadelphia with Gerry. Other than the break, I grapple to finish all the business the best I could. I literally shout out to myself: I SURVIVE! I never thought I could. Still worry about the grade though!

Another Mid-December. Winter break. Exploring some museums (free with Columbia University ID ja ja ja) and Masjids (for my "Islam and the City" project) in NYC. Friends coming for the NYE. Retracing the Brooklyn Bridge, riding a ferry to Staten Island for the Liberty, walking down the Downtown, exploring the East Village, the Harlem, the Astoria, the Wall Street.... and counting down the last second on a 24 hour exhibition of "The Clock" film at the Museum of Modern Art.

Alhamdulillah for all the blessings in the 2012.
Welcoming 2013. Bismillah!