Minggu, 14 Agustus 2011

Inside Islam: The History Channel Through The Tweets

Here are several twit I made at my twitter @ariessetiadi while I was (re)watching Inside Islam - The History Channel.

People have to make distinctions between the religion (Islam) and the fanatics that take it into violence and extreme.

Since its beginning, Islam has spread to every corner of the globe although West think of it as religion of middle east.

The Prophet of Islam, Muhammad saw, is a mortal man. He is not a divine.

As scripture, Qur'an is Arabic poetry of a high order. Stories, advices & warnings, are mixed together to reveal God's will.

Believe in single God, prayer, charity, fasting, and pilgrimage are 5 pillars of Islam.

1st, syahadah (declaration of faith). "I testify that there is no god but God, and I testify Muhammad is the messenger of God."

2nd, shalat (praying 5 times a day). At sunrise, in mid day, in the afternoon, at sunset, and in the evening.

3rd, zakat (charity). Charity is required of all Muslims with ability to contribute. It's entirely distributed to those in need.

4th, shaum (fasting in holy month Ramadan). Fasting foster a reflection of gifts of life and the need of those less fortunate.

Baghdad was the center of Islamic culture, poetry, calligraphy, architecture, engineering, science, and philosophy.

Many discipline flourished & some new ones were invented. Arab mathematician develop concept of decimal fraction, calculus, etc.

In study and practice of medicine, Islam achieved distinction: surgical technique, orthopedic, & treating mental illness.

5th pillar of Islam, Hajj (the journey). It's required to Muslim at least once on their lifetime, if physically and financially able to go.

2 form of Pilgrimage: Um-rah, the less pilgrimage taken alone/small group every time of the year. Hajj, the greater pilgrimage.

In Qur'an, the rights of women are clearly defined. The right to have choices, own properties, receive inheritances, & vote.

Fight in the way of Allah those who fight you but do not transgress. Indeed, Allah does not like transgressors. (Qur'an 2: 190)

The great jihad is to struggle against our main desire.

Suicide in Islam is strictly forbidden to all Muslims. God gives life, and only God can take the life.

Quran 2: 195, "... do not throw (yourselves) with your (own) hands into destruction (by refraining)...."

Let's look each other as human beings, not stereotypes. Wallahu'alam. Allah knows the best.

Inside Islam - The History Channel can be accessed through YouTube, http://t.co/e6ue5Tq

Kamis, 28 Juli 2011

A New Day in A New Place






Bismillahirahmanirrahiim. Since two days ago, I am having a training in Center for Education, Training and Development of Human Resources, Ministry of Finance. I will spend the next 4 months in this place, day and night.

I feel exciting to realize I will have many experiences, especially meet with another civil servants of Ministry of Finance. They come from 10 different Directorate General in Ministry of Finance.

Rabu, 15 Juni 2011

Harnessing Global Diversity: A Public Lecture from Pascal Lamy

Berikut ini, sedikit hasil dari public lecture oleh Pascal Lamy (General-Director WTO) dalam rangka Panglaykim Memorial Lecture 2011, hasil kerja sama Panglaykim Foundation dan CSIS pada 14 Juni 2011. Semoga bermanfaat (dan semoga saya nggak salah quote he he he).



With the culture, religious, and bio diversity, Indonesia is a perfect reflection of world greatest challenge: harnessing global diversity. #PL

Globalization dominates our era, but it is an increasingly fragile dominance. #PL

Global integration delivers benefits: growing wealth, technology, the rise of people in the developing world, etc. #PL

But it also creates new risks: financial instability, economic imbalances, environmental stresses, inequalities, etc. #PL

Market and technology are pushing us together, but political pressures risk pulling us apart. #PL

Lamy quoted Marx about capitalism’s inherent tension and contradictions. Market capitalism contains the seed of its own destruction. #PL

Market capitalism transforms economies: innovation, risk-taking, competition, the survival of the economically fittest. #PL

But market capitalism also has power to disrupt, overturn, and breed social insecurity and conflict. #PL

An integrated global economy requires political consensus and cooperation to sustain it. #PL

By transforming the economic and social order, globalized market capitalism also risks weakening the political foundation on which it rests. #PL

But the answer is not Marxist revolution. It’s political evolution, re-embedding markets in a re-invented social and political order. #PL

Globalization is a revolutionary force. Open and interconnect world, that wealth is spreading, knowledge is expanding, health is improving. #PL

Yet, globalization remains a discontented dream. The recent financial crisis, the worried about unemployment, the safety of food. #PL

Re-inventing our institutions is not about building more agencies. It’s about networking institutions in a better way. #PL

This leads to the challenge of policy coherence. As the world has grown more integrated and policy making has become more complicated. #PL

The real challenge today is to change our way of thinking, not just our system, institutions or policies. #PL

The future lies with more globalization, more cooperation, more interaction between peoples and cultures. #PL

It’s “unity in our global diversity”, or to quote Indonesia’s national motto: “Bhinneka Tunggal Ika”, that we need today. #PL

picture courtesy of http://web65.uranus.ibone.ch/news-and-events/10th-anniversary.html

Jumat, 20 Mei 2011

Becoming Wealthy is A Matter of Managing Your Money Properly

Begitulah kata pepatah. Lalu bagaimana dengan tataran praktisnya? Berikut tulisan hasil dari kelas #AkbarAFC bersama Mas Aidil Akbar (@AidilAkbar), Mbak Lisa (@LaPetiteLisa), dan Mas Doni (@twindoni) di Akademi Berbagi Jakarta, 19 Mei 2011. Bertempat di Kantor IARFC Indonesia, Jalan Senopati 74, kelas yang direncanakan hanya berjalan 2 jam (pukul 7-9 malam), molor menjadi 3 jam karena 30-an peserta asyik berdiskusi dengan para pengajarnya.

Konsep perencanaan keuangan kali ini lebih cenderung membahas konsep investasi. Sebelum berinvestasi, ada beberapa prasyarat dalam kondisi keuangan seseorang. Beberapa prasyarat tersebut adalah:

1. Bebas dari hutang konsumtif. Yang dimaksud dengan hutang konsumtif, adalah hutang yang berasal dari pemenuhan kebutuhan yang masih tergolong sekunder atau bahkan tersier. Produk hutangnya bisa beragam dan melihat pada kondisi masing-masing. Misal: kredit cicilan iPad, jika menunjang pekerjaan tidak menjadi hutang konsumtif, sementara jika hanya digunakan untuk “gaya”, maka menjadi hutang konsumtif.

2. Cash flow yang positif. Kondisi pada saat penghasilan melebihi tingkat pengeluaran bulanan (surplus).  Jika pengeluaran lebih besar, perlu penyesuaian dengan menaikan (atau mencari sumber baru) penghasilan. Harus yang halal tentunya!

3. Telah terpenuhinya dana darurat, yaitu dana yang bersifat sangat likuid dan dapat diakses untuk kebutuhan sewaktu-waktu. Besarnya bervariasi sesuai dengan kebutuhan dan banyaknya tanggungan keluarga. Bagi yang belum menikah, idealnya dana darurat minimal 3 kali nilai penghasilan (atau bisa pula 3 kali pengeluaran bulanan—batas minimal!). Sementara bagi kepala keluarga dengan 2 tanggungan, 1 istri dan 1 anak, maka besarnya bisa 6 sampai 9 kali nilai penghasilan. Berhubungan dana darurat harus bersifat sangat likuid, dana ini dianjurkan disimpan dalam bentuk tabungan dan sedikit proporsi logam mulia.

4. Proteksi (Asuransi). Auransi yang direkomendasikan ada 2, yaitu asuransi jiwa murni dan asuransi kesehatan. Bagi yang tidak memiliki tanggungan (belum memiliki keluarga atau tidak ada anggota keluarga/orang tua/saudara yang bergantung secara materi), cukup memiliki asuransi kesehatan. Dianjurkan untuk membeli premi asuransi kesehatan dengan pertangunggan yang sesuai dengan kebutuhan kita, sehingga ketika ada klaim tidak perlu ‘nombok’.

Berikut ini beberapa pertimbangan untuk menentukan kelas premi asuransi: kondisi historis penyakit orang tua, kondisi historis kesehatan pribadi, risiko kesehatan dari pekerjaan, rumah sakit terdekat dengan tempat tinggal (apakah termasuk dalam jaringan asuransi?), serta harga kamar pada rumah sakit tersebut (untuk menentukan kebutuhan pertanggungan).

Pada bahasan asuransi ini, cukup banyak pertanyaan mengenai produk asuransi plus investasi (yang popular dengan istilah unit link). Terlebih beberapa peserta sudah “terjebak” masuk ke dalam unit link. Secara singkat, produk unit link ini merupakan perpaduan antara asuransi dan investasi dengan proporsi tertentu. Kekurangan unit link ini antara lain: adanya biaya akuisisi serta minimnya tingkat return karena tidak fokus pada investasi dan pengelolaan investasinya kurang transparan. Sebenarnya tidak ada yang salah secara mutlak dari unit link. Hanya saja, produk ini tidak tersampaikan secara jelas dan komprehensif. Belum lagi, agen asuransi yang menawarkan unit link lebih melihat pada kemampuan kliennya untuk membayar, bukan pada kebutuhannya.

Konon katanya Mas Aidil Akbar, produk ini sebenarnya termasuk produk advance dan kurang cocok untuk masyarakat umum. Bagaimana mengetes apakah kita termasuk masyarakat umum atau bukan? Cukup jawab pertanyaan berikut: “Apa anda termasuk kelompok Eka Tjipta atau klan Bakrie?” Jika jawabannya “Bukan”, maka anda tidak perlu unit link he he he…

Lalu bagaimana jika sudah terlanjur ikut unit link? Jika baru berjalan 2-4 bulan, silahkan langsung menutup. Anggap nilai yang sudah dikeluarkan sebagai proyek gagal atau proyek rugi. Tapi jika sudah berjalan bertahun-tahun, perlu konsultasi dengan perencana keuangan tersertifikasi. Perlu dilihat polis, skema, dan banyak faktor lain sehingga bisa dicari waktu yang tepat untuk menutup unit link, sehingga nilai kerugiannya minimum.

Setelah seluruh 4 prasyarat di atas terpenuhi, maka konsep perencanaan keuangan mulai masuk pada tahap Investasi. Secara teoritis zaman kuliah dulu (if I’m not mistaken), investasi sering diartikan sebagai kegiatan untuk menunda konsumsi saat ini untuk konsumsi di masa yang akan datang. *text book abis!* Dalam konsep dan tataran praktis perencaan keuangan, investasi dimaksudkan dengan menaruh sebagian penghasilan pada asset/produk tertentu dengan harapan nilainya akan berkembang melebihi nilai inflasi.
Investasi perlu dibagi menurut jangka waktunya, yaitu jangka pendek (kurang dari 3 tahun), jangka menengah (3- 5 tahun), dan jangka panjang (lebih dari 5 tahun). Pemilihan produk investasi juga perlu disesuaikan dengan jangka waktunya.

Untuk jangka pendek, produk investasi yang ideal adalah deposito, obligasi ritel, Reksadana Pasar Uang (RDPU).
Jangka menengah: Logam Mulia, RD Pendapatan Tetap, RD Campuran.
Jangka Panjang: RD Saham, Saham, Properti, dan benda koleksi (lukisan, barang antik, batu mulia atau berlian).

Jika dilihat dari produk-produk yang disarankan di atas, reksadana merupakan pilihan yang cukup ideal bagi keuangan masyarakat secara umum. Mengapa reksadana? Berikut kelebihan reksadana:

1. Dana diperlukan tidak terlalu besar. Dibandingkan dengan investasi pada logam mulia atau saham, reksadana termasuk produk investasi yang terjangkau. Pada logam mulia, dana awal yang diperlukan dalam sekali investasi mencapai Rp1,8 jutaan (untuk Dinar—4,25 gram emas) atau Rp2 jutaan (untuk emas Antam 5 gram). Pada saham, perlu dana lebih besar lagi (yang terkecil mencapai Rp5 juta). Sementara pada reksadana, dana awal yang diperlukan cukup Rp500 ribu sampai Rp1 juta, dengan pembelian tambahan pada kisaran Rp100 ribu sampai Rp500 ribuan.

2. Diversifikasi. Sesuai dengan asas umum investasi “don’t put your eggs into one basket!”, reksadana telah memenuhi asas tersebut. Kita tidak perlu bersusah payah membentuk portofolio sendiri, karena manajer investasi sudah mengaturnya pada reksadana yang kita beli unit penyertaannya.

3. Kemudahan investasi. Pembelian unit penyertaan RD bisa dilakukan di bank-bank agen penjual. Yang saya tahu, Bank Mandiri dan Bank Commonwealth memiliki list ‘supermarket’ reksadana, sehingga nasabah bisa memilih berbagai jenis RD yang ada. Enaknya lagi, di kedua bank tersebut, bisa juga dilakukan installment plan (skema Cost Averaging), yaitu pembelian unit  reksadana dengan sistem autodebet secara bulanan dari rekening tabungan, sehingga kita tidak perlu repot-repot membeli reksadana. Nilai autodebetnya pun bisa dimulai dari nilai Rp100 ribu saja.

4.Return menarik. Coba cek www.infovesta.com untuk melihat kinerja reksadana yang ada. Untuk rata-rata RDPU dan RDPT, nilai return-nya setara dengan (atau sedikit kurang-lebih dari) nilai inflasi secara umum. Sementara untuk RD campuran dan RD saham, bisa di atas nilai inflasi. Tentunya dengan sifat high risk-high return ya.

5. Jenis RD bisa disesuaikan dengan jangka waktu investasi, seperti yang telah dijabarkan pada beberapa paragraph sebelum ini.

Untuk penjelasan lebih lanjut mengenai reksadana bisa mengunduh ebook “Berinvestasi pada Reksadana” dari Mbak Lisa di www.lisasoemarto.com atau membaca buku “Wisata ke Dunia Reksadana” dari Bapak Eko Pratomo.

Namun, apa yang terpenting dari perencanaan keuangan? Goals atau tujuan keuangan yang ingin dicapai. Apakah pemenuhan biaya pendidikan, rencana pembelian rumah, atau dana pensiun? Dari goals atau tujuan tersbut lah baru kemudian dipilih investasi yang sesuai.

Selamat berinvestasi!

Jumat, 24 Desember 2010

Pertanyaan Wawancara: Zodiak Kamu Aries?




Proses interview adalah proses yang paling menentukan dalam proses seleksi beasiswa yang saya ikuti. Selain menentukan lolos tidaknya peserta mendapat beasiswa, hasil interview juga yang menentukan apakah seseorang mendapat jatah beasiswa di dalam negeri, linkage (separuh pendidikan di dalam negeri dan separuh di luar negeri), atau sepenuhnya di luar negeri. Cukup menegangkan!

Sehari sebelum interview, gosip mengenai siapa pewawancara dan bagaimana karakter mereka mulai dibicarakan. Ada yang bilang enak, ada yang bilang menakutkan. Saya mah pasrah saja, walaupun dalam hati sih deg-degan juga.

Gedung Djuanda lantai Mezzanine masih sepi ketika teman-teman dan saya dating ke sana pukul 8 pagi, hari Kamis, 23 Desember 2010 kemarin. Mas Agung Hidayat Purwanto, Amanda, April, Mas Bayu Sukmono, Mas Cahyo Indartomo, Eko, Mbak Lestari Kurniawati, dan saya berkumpul di ruang tunggu tempat wawancara. Di tempat itu, kami bisa melihat satu persatu pewawancara berdatangan. Mereka adalah kepala biro Sumber Daya Manusia, kepala biro Hubungan Masyarakat, dan Pak Made sebagai perwakilan dari Sekretaris Direktorat Jenderal Anggaran. Melihat Pak Made sebagai salah satu pewawancara, saya menjadi jauh lebih tenang.

Beberapa hari sebelum wawancara, Pak Made sempat mengumpulkan 16 peserta dari Direktorat Jenderal Anggaran yang lolos tahap wawancara beasiswa. Beliau berbagi pengalaman beliau menempuh pendidikan Master (dengan beasiswa juga) dan memberikan gambaran kemungkinan proses wawancara. Pak Made memberikan saran agar kami mampu menjawab dengan jelas, konsisten, dan jika perlu dalam bahasa Inggris juga. Mengenai pilihan jurusan, Pak Made bercerita bahwa tidak selalu harus sama dengan latar belakang pendidikan sebelumnya atau harus sama dengan pekerjaan yang dijalani sekarang, selama memiliki argumentasi yang jelas. Ia mencontohkan dirinya sendiri yang memilih pendidikan Master of Business Administration, dengan alas an bahwa sudah sepatutnya Pemerintahan dikelola secara lebih professional layaknya perusahaan-perusahaan swasta.

Pada saat itu, pilihan studi saya di lembar isian wawancara adalah Master of Arts in Environmental Science di Columbia University. Program 1 tahun ini saya pilih karena programnya yang menarik, yaitu menyatukan unsur ilmu lingkungan dengan ilmu tata kelola lingkungan. Dari situsnya, salah satu alumni yang memberikan testimonial juga bekerja di sektor Budgeting. Makin merasa yakin lah saya dengan pilihan tersebut. Tetapi saat wawancara, Pak Anies, dari bagian SDM memberikan saran, agar sebaiknya saya tidak mengambil program yang terlalu spesifik dan agak jauh dari inti pekerjaan saya sebagai pengelola anggaran. Beliau menyarankan untuk mengambil ilmu ekonomi atau kebijakan publik, lalu mengambil konsentrasi sesuai dengan minat saya.


Saya kebagian wawancara agak akhir, karena selain ada urutan tersendiri, kemudian berlaku juga ‘aturan’ ladies first. Enaknya, saya bisa mendapat bocoran pertanyaan dari peserta tes sebelumnya. Nggak enaknya, ya, deg-degan menunggu. Sampai kemudian nama saya dipanggil… lega rasanya. Padahal sih belum ditanya-tanya ha ha ha.

Pertanyaan pertama yang keluar adalah: “Anda mau berdoa terlebih dahulu?”

Saya mengangguk, kemudian diberi kesempatan untuk berdoa. Saya membaca Al-Fatihah.

Wawancara ini sekalipun resmi, saya jalani cukup santai. Rahasianya ada pada pertanyaan kedua. Saat Pak Anies, menyebut ulang nama saya , Aries, dia langsung berkomentar: “zodiaknya pasti Aries ya?”

Zodiak saya Taurus, Pak.”

Tersentak, dia lalu membaca biodata saya di lembar profil. Pak Made kemudian menanggapi, “wah iya, ya, 26 kan udah bukan Aries lagi.

Saya sedikit bercanda, “ayah saya salah lihat kalendar, Pak. Makanya nama saya salah!”

Kami terbahak-bahak.

Wawancara kemudian kembali ke bahasan serius. Posisi kerja, deskripsi kerja, pengalaman, hingga latar belakang pendidikan Strata 1 saya. Ternyata, load pekerjaan saya yang lumayan membuat stress, Alhamdulillah, justru menjadi modal saya dalam wawancara. Saya jadi bisa menunjukan kalau kerja saya memang ada hasilnya. Misalnya, proyek pembuatan database. Seandainya saya kerja santai-santai saja, mungkin bisa kebingungan menjawab pertanyaan mengenai hasil kerja.

Saya juga sempat ditanya, “pernah jadi murid Pak Boediono?”

Wah, dengan mantap, saya mengangguk. “Pernah!”

Kebetulan memang pernah mengambil kelas Perekonomian Indonesia saat Pak Boediono ada dalam masa tenggang setelah selesai menjabat Menteri Keuangan dan kemudian dipanggil untuk menjadi Menteri Koordinator Keuangan. Entah lah ini menjadi poin atau tidak, tapi bahasan tentang Pak Boediono ini cukup dibahas secara seru saat wawancara.

Pada sesi wawancara ini juga ditanya mengapa nilai TOEFL saya agak rendah. Saya kemukakan alas an sejujurnya: nggak belajar. Tapi saya kemudian menjelaskan kalau saya punya hasil tes TOEFL iTP yang agak lumayan. Untungnya pula, saya punya skor TOEFL iTP tersebut yang sudah dilegalisasi IIEF. Untuk meyakinkan juga, dalam nejawab pertanyaan ini, saya menggunakan bahasa Inggris. Tsaahhh!

Selesai wawancara, saya cuma bisa pasrah sepasrah-pasrahnya. Usaha sudah dijalani. Allah swt pasti tahu yang terbaik untuk umat-Nya.

PS: Cerita lain saat seleksi beasiswa bisa disimak melalui posting dengan label scholarships

picture courtesy of http://michaelsseaver.com/careerbusinesscoaching/steps-to-a-successful-interview/