Kok bisa berkeringat dan pingsan ketika melihat Luna Maya? Bagaimana pula kalau dipaksa berdiri di depan barisan finalis Miss Universe? Inilah venustraphobia.
Oleh: Aries Setiadi
Venustraphobia adalah (jangan kaget!) fear of beautiful women. Rasa takut yang berlebihan terhadap perempuan cantik. Bagi sebagian perempuan, venustraphobia bisa jadi suatu anugerah. Perempuan tak perlu lagi mengejar kecantikan. Toh, ada pria yang justru takut dengan perempuan cantik. Tapi dari sudut pandang pria, venustraphobia adalah jelas adalah sebuah masalah besar. Bayangkan jika seorang pria hendak menonton film di bioskop dan di antara antrian terdapat sekelompok perempuan yang cantik dan jelita. Lalu si pria bukan merespon dengan siulan, tapi justru keringat dingin serta tubuh yang gemetar, kepala pusing, nafas megap-megap, dan berakhir dengan pingsan. Masalah besar, bukan?
Phobia
Phobia didefinisikan sebagai rasa takut yang tidak rasional atas suatu obyek, situasi, atau aktivitas yang spesifik. Yang perlu diberi penekanan adalah frasa ‘tidak rasional’. Pada kasus phobia, rasa takut dipicu oleh stimuli yang tidak benar-benar menakutkan atau mengancam keselamatan diri. Jika stimulan tersebut memang benar-benar berbahaya atau mengancam keselamatan diri, namanya bukan phobia lagi, melainkan rasa takut yang rasional dan wajar.
Pusing dengan maksudnya? Sederhananya seperti ilustrasi berikut ini. Alkisah, seorang pria pergi bersafari ke Afrika. Di tengah rimba, mobilnya mogok, lalu tiba-tiba datang segerombolan singan, mereka mengaum lapar dan mengejar si pria hingga lari tunggang langgang dengan ketakutan, Ini rasa takut yang rasional dan wajar. Namun jadi tidak wajar jika si pria menonton Discovery Channel, lalu singa Afrika muncul dalam tayangan, kemudian si pria merasa ketakutan, keringatan, sesak nafas, hingga hampir pingsan, inilah ketakutan yang tak rasional, phobia.
Para guru dan suhu dibidang psikologi masih berdebat mengenai pengaruh genetika, evolusi, hingga trauma terhadap asal-muasal phobia tertentu pada seseorang. Namun mereka semua sepakat bahwa phobia memiliki dampak yang besar terhadap kualitas hidup si penderita. Terlebih kuantitas penderita phobia juga relatif tidak sedikit. Secara statistik, diestimasi 1 diantara 23 orang menderita phobia yang terdiri dari berbagai jenis phobia. Dalam buku Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders jilid IV, jenis phobia digolongkan dalam 3 kategori yaitu:
Pertama, agoraphobia. Rasa takut terhadap keramaian dengan obyek rasa takut tidak berfokus pada keramaiannya, melainkan pada berbagai kemungkinan yang bisa muncul tiba-tiba dalam keramaian. Penderita agoraphobia akan merasa ketakutan, tidak peduli sekedar antrian di bioskop atau hanya sebuah resepsi pernikahan. Setiap terserang rasa takut, penderita tidak bisa ditenangkan dengan pendekatan rasional.
Kedua, social phobia. Phobia terhadap segala sesuatu yang berkaitan dengan hubungan interpersonal. Penderita social phobia merasakan ketakutan yang berlebihan sehingga mereka menghindari situasi sosial atau menghadapinya dengan penuh tekanan. Keadaan-keadaan yang sering memicu terjadi ketakutan pada penderita social phobia antara lain: berbicara atau tampil di depan umum, makan di depan orang lain, bahkan menggunakan kamar mandi umum. Penderita merasa penampilan atau tindakan mereka tidak tepat dan berujung pada rasa takut yang berlebihan.
Ketiga, specific phobia. Specific phobia merupakan penyakit kecemasan yang paling sering terjadi. Penderita spesific phobia mengalami ketakutan yang luar biasa terhadap obyek, situasi, atau aktivitas tertentu. Phobia ini banyak jenisnya. Mulai dari phobia yang wajar seperti phobia pada laba-laba, ular, atau ketinggian; phobia yang agak aneh seperti pada kucing atau naik mobil; hingga phobia pada Luna Maya dan Jessica Alba.
Venustraphobia
Venustraphobia (disebut juga caligynephobia), merupakan rasa takut yang berlebihan terhadap perempuan cantik. Sama halnya dengan phobia jenis lain, venustraphobia disebabkan oleh stimulan yang tidak wajar dan tidak membahayakan jiwa. Menurut sejumlah penelitian yang pernah dilakukan, venustraphobia disebabkan oleh kejadian atau pengalaman buruk yang berkaitan dengan perempuan cantik yang menyebabkan trauma psikologis pada si penderita. Trauma ini bisa terjadi secara langsung dan nyata pada si penderita atau sekedar stimulan yang tidak dirasakan langsung, seperti menonton adegan dalam film atau bahkan mendengar pengalaman traumatis dari orang lain.
Sarlito Wirawan Sarwono, Psikolog, mengatakan sebenarnya venustraphobia atau phobia terhadap perempuan cantik tidak pernah secara eksklusif dikategorikan sebagai kelainan tersendiri. Maksimum gejala tersebut hanya merupakan bagian dari perasaan tidak percaya diri atau rendah diri (inferiority feeling), perasaan takut ditolak, takut tidak diterima, atau takut gagal dalam membina hubungan dengan perempuan cantik tersebut.
Permasalahan terdapat pada sisi psikis si pria. “Jadi sebenarnya pria itu takut pada dirinya sendiri, karena sepanjang saya tahu tidak ada perempuan cantik yang menakutkan,” tambah Sarlito.
Namun bukan berarti phobia ini tidak eksis. Sebuah penelitian mengklaim bahwa diestimasi 0,47 persen pria di Inggris dan 0,61 persen pria di Amerika telah terserang gejala venustraphobia. Masalahnya muncul dalam hubungan percintaan hingga dengan rekan kerja dan bisnis. Venustraphobia berefek samping pada menurunnya aktivitas sosial si penderita seiring dengan terjadinya penghindaran komunikasi dengan setiap perempuan cantik oleh si penderita tersebut.
Penelitian yang lain menyatakan venustraphobia lebih banyak diderita oleh pria dari kalangan menengah ke atas. Penyebabnya sepaham dengan pernyataan Sarlito, sikap inferiority feeling. Semangat feminisme dalam beberapa dekade terakhir telah melahirkan banyak perempuan yang menjadi pemimpin di perusahaan. Terutama dalam bidang kerja seperti public relation dan marketing, di mana perempuan cantik acap kali mendominasi puncak jabatan. Para pria yang kadung mengecap dirinya jagoan tapi kemudian kalah tanding, akhirnya mengalami perasaan rendah diri dan berlanjut dengan sikap menghindar dari perempuan cantik. Hingga pada suatu titik, perasaan-perasaan si penderita akan terakumulasi menjadi phobia.
Penderita venustraphobia bisa saja tinggal berdiam diri di rumah, tidak nonton televisi, tidak baca majalah, cukup baca koran yang jarang ada gambarnya, dan suruh pembantu untuk belanja segala rupa. Untungnya belum ada perempuan secantik Mariana Renata yang jadi pembantu rumah tangga.
Banyak Jalan Menuju Pemulihan
Para pakar psikologi sepakat jika venustraphobia menurunkan kualitas hidup penderitanya dan harus dipulihkan. Berbagai metode pemulihan kemudian diciptakan. Mulai dari hipnoterapi, neuro-linguistic programming, hingga energy psychology. Jalannya berbeda-beda, tetapi tujuan akhirnya sama: menghilangkan rasa takut.
Hipnoterapi dilakukan untuk memprogram ulang alam bawah sadar penderita dengan bantuan terapis atau psikolog sebagai mediator. Ketika rasa takut tersebut telah diprogram ulang, gejala venustraphobia akan ditekan hingga taraf minimum. Terapi ini relatif aman dan bereaksi secara cepat. Namun seringkali ada perasaan tidak nyaman pada si penderita ketika ada orang lain (dalam hal ini terapis atau psikolog) mengambil kontrol atas dirinya.
Neuro-linguistic programming secara sederhana adalah suatu proses membentuk realitas diri si penderita. Metode pemulihan ini menggunakan kekuatan imajinasi untuk memprogram ulang rasa takut pada si penderita. Dalam sudut pandang neuro-linguistic programming, phobia adalah hasil dari proses yang tidak berjalan dengan semestinya. Neuro-linguistic programming kemudian akan membenahi proses yang ‘menyimpang’ hingga venustraphobia akan ditekan atau bahkan dihilangkan.
Energy psychology merupakan suatu terapi pemulihan yang menggabungkan berbagai macam bentuk pemulihan terhadap phobia. Adapula yang menyebutnya sebagai ‘akupuntur’ emosi. Metode pemulihan ini dinilai bereaksi secara cepat dan bekerja secara aman.
Ada pula metode pemulihan lain, seperti menggunakan obat anti-depresi, terapi bicara, atau cognitive behavior therapy. Dalam beberapa kasus, penderita dapat memilih salah satu metode pemulihan, mencoba, dan sembuh. Namun pada kasus lain, penderita perlu mencoba beberapa metode hingga menemukan ‘jodoh’ yang tepat untuk membantu pemulihan. Diagnosa dini terhadap venustraphobia akan lebih memudahkan pemulihan.
Apakah Anda pernah terkena sindroma rasa takut ketika melihat Luna Maya di layar kaca? Apakah Anda lemas ketika melihat Jessica Alba tersenyum. Jika iya, segeralah kontak psikolog (yang tidak cantik). Tapi jika tidak, puji syukur pada Yang Maha Kuasa. Saya juga bersyukur tidak terkena venustraphobia. Meski mungkin perempuan cantik yang takut pada saya, he he he….
(*)
Diterbitkan dalam SOAP Magazine (R.I.P) February 2008 Issue
Tidak ada komentar:
Posting Komentar