Pengecekan pertama dilakukan di luar. Dua orang petugas pengamanan memeriksa nama (belakang) saya, apakah termasuk dalam peserta wawancara atau buka. Nama saya di daftar pun diberi tanda 'checked', lalu saya dipersilahkan mengantri.
Antrian di luar kompleks kedutaan ini tidak berlangsung lama. Setiap kelompok, sekitar 5-8 orang dipersilahkan masuk dalam jeda waktu sekitar 3-5 menit. Selama dalam antrian ini, diberikan pengarahan bahwa semua benda elektronik (notebook, external harddisk, flashdisk, smartphone, earphone, segala jenis kabel, semua alat elektronik) untuk ditampung dalam sebuah baki plastik yang dibagikan. Sementara makanan dan minuman dipersilahkan untuk dihabiskan sebelum masuk atau... dibuang!
photo source: Choo Youn Kong / AFP-Getty Image via hprasetyo.blogspot.com
Di Pos Pertama pengecekan, baki dititipkan dan diberi nomor pengambilan, sementara tas masih bisa dibawa. Lalu dipersilahkan ke pos berikutnya, yang berupa.... antrian! Lagi?
Tips! Sebisa mungkin hindari membawa alat-alat elektronik dan kabel. Cukup bawa smartphone, yang memang esensial untuk dibawa. Hindari juga membawa makanan, kecuali untuk camilan saat mengantri diluar. Sebaiknya, sarapan yang cukup sebelum datang ke kedutaan.
Untungnya, antrian kali ini lebih manusiawi, karena berupa bangku-bangku panjang yang mengular dan diberi atap (di samping lapangan basket). Ketika mengantri, dua orang petugas mendatangi setiap pengantri dan memberikan arahan tentang berkas apa saja yang harus diserahkan ke loket di ujung antrian. Berkas yang disiapkan adalah: paspor (baru dan lama, jika ada), lembar konfirmasi DS-160, foto 1 lembar, I-20, dan surat pengantar dari Kementerian Luar Negeri. Foto akan di-stapler pada bagian bawah lembar konfirmasi DS-160 oleh si petugas. Selebihnya, duduk mengantri dan sewaktu-waktu bergeser jika antrian di depannya sudah maju ke loket.
Tips! Bawalah buku atau majalah untuk bacaan.
Pada Pos Kedua ini, berkas yang sudah disiapkan kemudian diserahkan pada petugas loket. Ada 5 loket yang tersedia. Majulah ke loket manapun yang kosong ketika kita sudah berada di antrian paling depan. Berkas diserahkan dan saya diberikan nomor antrian selanjutnya. Satu nomor yang sama akan diberikan pada sekitar 5-6 orang. Saya kebagian nomor 21.
Pos Ketiga ada di bagian lebih dalam lagi dari kompleks Kedutaan Besar Amerika. Di tempat ini ada kursi-kursi panjang untuk menunggu. Ada pula booth penjual makanan dan minuman dari Ranch Market. Ada pula dispenser air mineral jika mau minum gratisan ha ha ha. Eko, teman saya membeli nasi goreng (sepenglihatan saya yang bahkan sedang puasa kok nggak terlalu menggugah selera ya :P) dan minuman botol. Di antrian ini juga sempat bertemu dengan penerima Beasiswa SPIRIT dari Bappenas, Ratih yang datang bersama suaminya. Ratih ini diterima di program MPA in International Development di Harvard Kennedy School. Keren ya?! *bow down*
Menunggu di pos ketiga ini cukup lama. Mungkin ada sekitar satu sampai satu setengah jam. Membawa buku atau majalah mungkin akan sangat membantu mengisi waktu. Unfortunately, I brought only letters and certificates. Boring!
Per dua nomor kelompok, para pelamar visa kemudian masuk ke Pos Keempat, yang berupa ruangan. Dalam ruangan ini terdapat 2 loket yang harus dilalui. Nomor kelompok antrian dikumpulkan lalu di loket pertama, ditanya nama dan kemudian direkam keseluruhan sidik jari. Bagi yang menganut paham higienitas, tenang saja, petugas yang membantu perekaman sidik jari memakai sarung tangan plastik dan setiap selesai merekam, alat perekam dibersihkan dengan tisu oleh si petugas. Di dekat dispenser dan rak-rak majalah, juga disediakan cairan disinfektan. Selanjutnya? Menunggu lagi dong!
Kali ini, kursi antrian berupa kursi beneran ha ha ha. Maksudnya bukan sekedar bangku panjang, tapi kursi yang memiliki sandaran. Disediakan juga banyak majalah dan booklet tentang Amerika. Salah satunya adalah buklet "Islam di Amerika" yang pernah saya baca format .pdf-nya.
Untunglah saya bertemu teman kuliah saya, Sril, yang memang bekerja untuk Bina Antar Budaya (atau program beasiswa American Field Services), yang sedang mengantarkan adik-adik SMA peserta pertukaran pelajar untuk wawancara visa. Lumayan ada teman ngobrol ngalor ngidul. Saat ngobrol dengan Sril, tiba-tiba ada satu peserta pertukaran pelajar yang mendapat kartu kuning. Deg!
Pelamar Visa Amerika memang akan mendapatkan berbagai jenis warna kartu. Warna putih menunjukan permohonan visa disetujui, sementara warna kuning merupakan keterangan bahwa identitas pelamar visa sedang dalam pemeriksaan dan harus menunggu dalam jangka waktu yang tidak ditentukan. Warna merah adalah penolakan. Selama wawancara kemarin, saya tidak melihat satu pun yang mendapat kartu merah.
Kata Sril, biasanya yang mendapat kertas kuning adalah peserta (AFS) yang namanya agak berbau ke arab-araban seperti Muhammad, Mohammad, Mahmud, dll. Nama peserta yang diberi kartu kuning kemarin itu mengandung nama Ibrahim. Entah benar, entah tidak, tapi keterangan itu sempat membuat dag-dig-dug. Maklum, di paspor hijau saya, visa yang terakhir tertempel adalah visa Kingdom of Saudi Arabia. Cukup khawatir jika akan dikaitkan dengan hal-hal berbau kearab-araban juga.
photo courtesy: leashconsultants.blogspot.com
Setiap nomor kelompok antrian, kemudian akan dipanggil ke loket wawancara sebagai Pos Kelima. Loket wawancara ini mirip dengan loket tiket kereta. Si pelamar visa akan diwawancara dalam keadaan berdiri dan dari balik kaca. Si pewawancara akan berbicara dengan mikrofon, sehingga suaranya terdengar sangat jelas.
Tips! Ambilan urutan antrian sebagai orang kedua atau ketiga, sehingga bisa menguping pertanyaan-pertanyaan yang diajukan pada orang yang antri di depan kita dan merancang jawaban he he he.
Beberapa teman yang sudah diwawancara, juga beberapa blog yang berbagi cerita seputar wawancara visa menyarankan bahwa setiap pertanyaan dijawab dengan singkat dan to the point. Tidak perlu berbasa-basi ataupun panjang lebar menjelaskan. Jika merasa belum lengkap, si pewawancara akan bertanya lebih lanjut.
Saya beruntung karena mendapat pewawancara yang pernah saya temui di Aminef/Education USA Indonesia saat pre-departure orientation tanggal 13 Juni lalu. Namanya Maria Ahmed. Charles (anak Kementerian Luar Negeri), Mas Riza (dari Pertamina) dan saya sempat ngobrol-ngobrol dengan Maria. Kalau tidak salah, ia lulusan dari American University, Washington DC. Charles bahkan sempat bertanya apa ia punya apartemen di New York yang bisa kami sewa ha ha ha. Entah dia memang beneran masih ingat saya, atau cuma kesan ramah yang dia tunjukan, Maria mengajukan pertanyaan dengan singkat dan padat. Pertanyaan yang Maria tanyakan kepada saya: (warna merah adalah pertanyaan dan warna biru adalah jawaban)
Universitas apa yang akan dituju? Columbia University.
Program apa yang akan di ambil? Public Administration in Development Practice.
Ooo, the SIPA one? Yes, SIPA. (Kebetulan suami dari Maria, merupakan lulusan Columbia. Kami pernah mengobrolkannya ketika bertemu di Aminef. "He's so proud of Columbia!")
Biaya kuliah kamu siapa yang menanggung? A scholarship from the Ministry of Finance.
Bisa lihat buktinya? Saya tunjukan Financial Guarantee dari BPPK dan juga surat rujukan dari Kementerian Luar Negeri. Maria membacanya, lalu mengembalikannya lagi.
Apa pekerjaan kamu? A budget analyst.
Kalau sudah selesai, akan kembali bekerja (di Kementerian Keuangan)? Yes, I have to.
Maria kemudian memisahkan paspor biru dan paspor hijau saya, lalu menanyakan paspor mana yang akan saya pakai untuk Visa Amerika. Saya jawab, "the service one." Ia menyodorkan paspor hijau saya. Lega rasanya!
Pernah ke Amerika sebelumnya? No, I have not.
Wow, you must be very exciting to go to New York City?! I am. *big smile*
Congratulation, your visa's approved. Good luck for your study! Thank you.
Kertas putih pun kemudian disodorkan. Alhamdulillah!
Pengen rasanya merayakan keberhasilan ini dengan makan-makan di Kopitiam Oey ha ha ha. Maklum, proses ini dijalani dari mulai pukul 06.45 sampai 11.15. Tapi berhubung saya sedang puasa, jadilah kembali pulang ke kantor. Tak lupa sebelum keluar, saya mengambil kembali smartphone saya dan mengembalikan tag visitor yang dipinjamkan.