Selasa, 26 Juni 2012

The U.S. Visa Interview: Another Idiot's Complete Guide!

Setelah bersusah payah menyiapkan berbagai macam berkas dan mengisi formulir DS-160, akhirnya tiba pula masa untuk wawancara Visa Amerika saya, yaitu Senin, 25 Juni 2012. Jadwal appointment saya pilih pukul 07.00. Saya datang ke kantor Kedutaan Besar Amerika serikat pukul 06.45 dan.... antrian ternyata sudah begitu panjang!

Pengecekan pertama dilakukan di luar. Dua orang petugas pengamanan memeriksa nama (belakang) saya, apakah termasuk dalam peserta wawancara atau buka. Nama saya di daftar pun diberi tanda 'checked', lalu saya dipersilahkan mengantri.

Antrian di luar kompleks kedutaan ini tidak berlangsung lama. Setiap kelompok, sekitar 5-8 orang dipersilahkan masuk dalam jeda waktu sekitar 3-5 menit. Selama dalam antrian ini, diberikan pengarahan bahwa semua benda elektronik (notebook, external harddisk, flashdisk, smartphone, earphone, segala jenis kabel, semua alat elektronik) untuk ditampung dalam sebuah baki plastik yang dibagikan. Sementara makanan dan minuman dipersilahkan untuk dihabiskan sebelum masuk atau... dibuang!

photo source: Choo Youn Kong / AFP-Getty Image via hprasetyo.blogspot.com

Di Pos Pertama pengecekan, baki dititipkan dan diberi nomor pengambilan, sementara tas masih bisa dibawa. Lalu dipersilahkan ke pos berikutnya, yang berupa.... antrian! Lagi?

Tips! Sebisa mungkin hindari membawa alat-alat elektronik dan kabel. Cukup bawa smartphone, yang memang esensial untuk dibawa. Hindari juga membawa makanan, kecuali untuk camilan saat mengantri diluar. Sebaiknya, sarapan yang cukup sebelum datang ke kedutaan.

Untungnya, antrian kali ini lebih manusiawi, karena berupa bangku-bangku panjang yang mengular dan diberi atap (di samping lapangan basket). Ketika mengantri, dua orang petugas mendatangi setiap pengantri dan memberikan arahan tentang berkas apa saja yang harus diserahkan ke loket di ujung antrian. Berkas yang disiapkan adalah: paspor (baru dan lama, jika ada), lembar konfirmasi DS-160, foto 1 lembar, I-20, dan surat pengantar dari Kementerian Luar Negeri. Foto akan di-stapler pada bagian bawah lembar konfirmasi DS-160 oleh si petugas. Selebihnya, duduk mengantri dan sewaktu-waktu bergeser jika antrian di depannya sudah maju ke loket.

Tips! Bawalah buku atau majalah untuk bacaan.

Pada Pos Kedua ini, berkas yang sudah disiapkan kemudian diserahkan pada petugas loket. Ada 5 loket yang tersedia. Majulah ke loket manapun yang kosong ketika kita sudah berada di antrian paling depan. Berkas diserahkan dan saya diberikan nomor antrian selanjutnya. Satu nomor yang sama akan diberikan pada sekitar 5-6 orang. Saya kebagian nomor 21.

Pos Ketiga ada di bagian lebih dalam lagi dari kompleks Kedutaan Besar Amerika. Di tempat ini ada kursi-kursi panjang untuk menunggu. Ada pula booth penjual makanan dan minuman dari Ranch Market. Ada pula dispenser air mineral jika mau minum gratisan ha ha ha. Eko, teman saya membeli nasi goreng (sepenglihatan saya yang bahkan sedang puasa kok nggak terlalu menggugah selera  ya :P) dan minuman botol. Di antrian ini juga sempat bertemu dengan penerima Beasiswa SPIRIT dari Bappenas, Ratih yang datang bersama suaminya. Ratih ini diterima di program MPA in International Development di Harvard Kennedy School. Keren ya?! *bow down*

Menunggu di pos ketiga ini cukup lama. Mungkin ada sekitar satu sampai satu setengah jam. Membawa buku atau majalah mungkin akan sangat membantu mengisi waktu. Unfortunately, I brought only letters and certificates. Boring!

Per dua nomor kelompok, para pelamar visa kemudian masuk ke Pos Keempat, yang berupa ruangan. Dalam ruangan ini terdapat 2 loket yang harus dilalui. Nomor kelompok antrian dikumpulkan lalu di loket pertama, ditanya nama dan kemudian direkam keseluruhan sidik jari. Bagi yang menganut paham higienitas, tenang saja, petugas yang membantu perekaman sidik jari memakai sarung tangan plastik dan setiap selesai merekam, alat perekam dibersihkan dengan tisu oleh si petugas. Di dekat dispenser dan rak-rak majalah, juga disediakan cairan disinfektan. Selanjutnya? Menunggu lagi dong!

Kali ini, kursi antrian berupa kursi beneran ha ha ha. Maksudnya bukan sekedar bangku panjang, tapi kursi yang memiliki sandaran. Disediakan juga banyak majalah dan booklet tentang Amerika. Salah satunya adalah buklet "Islam di Amerika"  yang pernah saya baca format .pdf-nya.

Untunglah saya bertemu teman kuliah saya, Sril, yang memang bekerja untuk Bina Antar Budaya (atau program beasiswa American Field Services), yang sedang mengantarkan adik-adik SMA peserta pertukaran pelajar untuk wawancara visa. Lumayan ada teman ngobrol ngalor ngidul. Saat ngobrol dengan Sril, tiba-tiba ada satu peserta pertukaran pelajar yang mendapat kartu kuning. Deg!

Pelamar Visa Amerika memang akan mendapatkan berbagai jenis warna kartu. Warna putih menunjukan permohonan visa disetujui, sementara warna kuning merupakan keterangan bahwa identitas pelamar visa sedang dalam pemeriksaan dan  harus menunggu dalam jangka waktu yang tidak ditentukan. Warna merah adalah penolakan. Selama wawancara kemarin, saya tidak melihat satu pun yang mendapat kartu merah.

Kata Sril, biasanya yang mendapat kertas kuning adalah peserta (AFS) yang namanya agak berbau ke arab-araban seperti Muhammad, Mohammad, Mahmud, dll. Nama peserta yang diberi kartu kuning kemarin itu mengandung nama Ibrahim. Entah benar, entah tidak, tapi keterangan itu sempat membuat dag-dig-dug. Maklum, di paspor hijau saya, visa yang terakhir tertempel adalah visa Kingdom of Saudi Arabia. Cukup khawatir jika akan dikaitkan dengan hal-hal berbau kearab-araban juga. 

photo courtesy: leashconsultants.blogspot.com


Setiap nomor kelompok antrian, kemudian akan dipanggil ke loket wawancara sebagai Pos Kelima. Loket wawancara ini mirip dengan loket tiket kereta. Si pelamar visa akan diwawancara dalam keadaan berdiri dan dari balik kaca. Si pewawancara akan berbicara dengan mikrofon, sehingga suaranya terdengar sangat jelas.

Tips! Ambilan urutan antrian sebagai orang kedua atau ketiga, sehingga bisa menguping pertanyaan-pertanyaan yang diajukan pada orang yang antri di depan kita dan merancang jawaban he he he.

Beberapa teman yang sudah diwawancara, juga beberapa blog yang berbagi cerita seputar wawancara visa menyarankan bahwa setiap pertanyaan dijawab dengan singkat dan to the point. Tidak perlu berbasa-basi ataupun panjang lebar menjelaskan. Jika merasa belum lengkap, si pewawancara akan bertanya lebih lanjut.

Saya beruntung karena mendapat pewawancara yang pernah saya temui di Aminef/Education USA Indonesia saat pre-departure orientation tanggal 13 Juni lalu. Namanya Maria Ahmed. Charles (anak Kementerian Luar Negeri), Mas Riza (dari Pertamina) dan saya sempat ngobrol-ngobrol dengan Maria. Kalau tidak salah, ia lulusan dari American University, Washington DC. Charles bahkan sempat bertanya apa ia punya apartemen di New York yang bisa kami sewa ha ha ha. Entah dia memang beneran masih ingat saya, atau cuma kesan ramah yang dia tunjukan, Maria mengajukan pertanyaan dengan singkat dan padat. Pertanyaan yang Maria tanyakan kepada saya: (warna merah adalah pertanyaan dan warna biru adalah jawaban)

Universitas apa yang akan dituju? Columbia University.

Program apa yang akan di ambil? Public Administration in Development Practice.
Ooo, the SIPA one? Yes, SIPA. (Kebetulan suami dari Maria, merupakan lulusan Columbia. Kami pernah mengobrolkannya ketika bertemu di Aminef. "He's so proud of Columbia!")
Biaya kuliah kamu siapa yang menanggung? A scholarship from the Ministry of Finance.
Bisa lihat buktinya? Saya tunjukan Financial Guarantee dari BPPK dan juga surat rujukan dari Kementerian Luar Negeri. Maria membacanya, lalu mengembalikannya lagi.
Apa pekerjaan kamu? A budget analyst.
Kalau sudah selesai, akan kembali bekerja (di Kementerian Keuangan)? Yes, I have to.
Maria kemudian memisahkan paspor biru dan paspor hijau saya, lalu menanyakan paspor mana yang akan saya pakai untuk Visa Amerika. Saya jawab, "the service one." Ia menyodorkan paspor hijau saya. Lega rasanya! 
Pernah ke Amerika sebelumnya? No, I have not.
Wow, you must be very exciting to go to New York City?! I am. *big smile*
Congratulation, your visa's approved. Good luck for your study! Thank you.
Kertas putih pun kemudian disodorkan. Alhamdulillah!

Pengen rasanya merayakan keberhasilan ini dengan makan-makan di Kopitiam Oey ha ha ha. Maklum, proses ini dijalani dari mulai pukul 06.45 sampai 11.15. Tapi berhubung saya sedang puasa, jadilah kembali pulang ke kantor. Tak lupa sebelum keluar, saya mengambil kembali smartphone saya dan mengembalikan tag visitor yang dipinjamkan.

Senin, 25 Juni 2012

How To Apply For A U.S. Visa: The Idiot's Complete Guide!

Hmmm...

Saya memandangi folder kumpulan berkas pribadi saya. Berisikan ijazah mulai dari SD sampai Strata 1, akta kelahiran, piagam penghargaan, skor TOEFL, skor GRE, bahkan sertifikat prajabatan, saya merasa amunisi saya untuk mengisi formulir DS-160 sudah cukup. Ternyata masih kurang juga! Deym!



Dalam tahapan memperoleh Visa Amerika, pelamar memang harus melalui beberapa tahapan yang cukup merepotkan. Berikut jika dijabarkan. Catatan: tahapan ini berdasarkan pengalaman saya sebagai pelamar Visa Non-Imigran kategori F-1, alias untuk Pelajar. Ada beberapa tahap yang bisa dilakukan dengan urutan terbalik satu sama lain.

Pertama, menunggu I-20. I-20 merupakan bukti bahwa pelamar sudah mendapatkan sekolah dan berencana akan mengambil sekolah di Universitas tertentu. Pihak International Students and Services Office (ISSO) adalah pihak yang berwenang mengeluarkan I-20.

Di Columbia University, proses pengajuan I-20 dilakukan secara online. Calon mahasiswa diminta mengirimkan hasil scan lembar identitas Paspor, acceptance letter, dan financial statements yang mampu menutupi jumlah biaya pendidikan tahun pertama. Bagi penerima beasiswa, financial statements dapat diganti dengan surat financial guarantee dari sponsor. Namun pihak ISSO meminta financial guarantee tersebut menyebutkan secara ekspilist berapa jumlah beasiswanya dalam hitungan dolar Amerika. Semua file digabung dalam satu file dalam format pdf. Kemudian, calon mahasiswa juga diminta mengisi formulir online berisikan biodata dan pada bagian akhir akan diminta memilih apakah I-20 akan diambil sendiri, dikirim via airmail, atau dikirim dengan jasa kurir (FedEx). Sangat disarankan dipilih via kurir, agar kiriman terpantau dengan jelas.

photo source: University of Nebraska, Omaha

Pihak ISSO menjanjikan I-20 akan selesai dalam waktu 3 minggu setelah dokumentasi data persyaratan disetujui. Tapi kenyataannya bahkan hanya perlu 2 minggu saja hingga I-20 tersebut sampai ke tangan saya.

Kedua, pembayaran Student and Exchange Visitor Information System (SEVIS). Konon katanya, SEVIS merupakan sistem yang akan memonitor mahasiswa selama kurun waktu studinya di Amerika. Pembayaran SEVIS ini dilakukan secara online dan dibayar dengan kartu kredit atau Western Union QuickPay. Biaya bagi pemegang I-20 sebesar USD200, sementara bagi DS-2019 (untuk aplikasn J1) sebesar USD180. Bukti pembayaran SEVIS ini juga dapat dipilih dengan sistem pengiriman airmail atau dengan kurir (FedEx). Untuk menghemat, pilih saja dengan airmail karena tidak dikenakan biaya tambahan. Selain itu, diakhir pengisian formulir online, akan ada bukti pembayaran secara elektronik yang dapat dipakai sebagai bukti pembayaran secara resmi. Situs pengisian dan pembayaran ada di http://www.ice.gov/sevis/i901/.

Ketiga, pembayaran Machine Readable Visa (MRV) untuk pelamar Visa Non-Immigrant. Pembayaran biaya MRV adalah sebesar Rp1.520.000 (per pembayaran tanggal 11 Juni 2012, mungkin bisa berubah). Bank Permata dan Standard Chartered yang ditunjuk (daftarnya ada pada link berikut). Saya sendiri memilih untuk membayar di Bank Permata Thamrin. Tempatnya di Lobby Plaza Thamrin, dekat Starbucks dan Burger King area Djakarta Theater. Selain gampang aksesnya dari kantor, bisa juga sekalian ambil foto di Jalan Sabang he he he. Sekali pergi, dua tempat terlewati kan?!

Tips! Bawalah uang tunai, karena teller hanya menerima cash. Bawa pula paspor yang akan dipakai, karena diperlukan nomornya.

Keempat, foto Visa. Silahkan baca petunjuk Foto Untuk Visa dari situs Kedutaan Besar Amerika Serikat untuk Indonesia.Situs tersebut menyarakan untuk foto di Multiplus atau Snappy, tapi Amanda, Icha, dan saya memilih di tempat lain masih di area Sabang. Agak lupa namanya, nanti saya cek lagi. Nama studio fotonya "Dunia Kita", terletak di Jl. H. Agus Salim No 48 A (telepon 021-31924190). Di tempat ini, pelayanannya ramah dan negotiable. Biaya per orang seharusnya Rp50.000, tapi karena kami datang bertiga harganya didiskon menjadi Rp40.000. Lumayan! Hasil yang didapat adalah lima lembar foto 5x5, satu buah cakram padat berisi softcopy foto, dan bonus photoshop untuk menambah derajat ketampanan ha ha ha. *bercanda*

Tips! Datanglah beramai-ramai, siapa tahu dapat diskon lebih banyak. 

Setelah foto, sebelum pulang dan mengisi form DS-160, bisa pula mampir ke Kopitiam Oey dan mencoba menoe sarapan mereka. Recommended Menoe: Roti Bakar Prantjis Pain Perdoe, alias french toast dengan wangi kayu manis yang eemmmm... menggiurkan. *Kenapa ini mendadak berbelok ke topik makanan?!*

photo source: Kopitiam Oey

Kelima, mengisi form DS-160. Percayalah, tahap ini cukup melelahkan. Pastikan perut terisi sebelum mengisinya. Siapkan pula beberapa dokumen pendukung.
- Paspor
- I-20
- Alamat di tempat Tujuan. Jika belum ada, isi saja dengan alamat ISSO.
- Alamat sponsor beasiswa
- U.S. Contact Information (isi dengan international advisor yang ada pada I-20)
- Nama lengkap dan tanggal lahir Ayah dan Ibu. Inilah data yang membuat saya nggak bisa mengisi DS-160 sekali hajar. Saya nggak hapal tanggal ulang tahun mereka. Dengan menahan malu, akhirnya meng-sms mereka untuk nanya tanggal lahirnya. *anak durhaka*
- Penjelasan singkat Pekerjaan. Ambil saja keterangan yang biasa kita tulis di CV.
- Riwayat Pendidikan. Siapkan Ijazah SMP, SMA, dan S-1.

Tahap pengisian DS-160 ini tidak perlu sekali jadi. Bisa berkali-kali login, sepanjang 30 hari. Nggak perlu khawatir kalau data yang tersedia belum lengkap. Sebagai gambaran, bisa melihat contoh data-data yang diperlukan dari contoh isian formulir DS-160 ini di sini.

Keenam, pemilihan appointment date for Visa interview. Kunjungi situs http://www.ustraveldocs.com/id/id-niv-appointmentschedule.asp Untuk pelajar disediakan slot hari Senin untuk wawancara. Tapi bersiap-siaplah, karena antrian khusus pelajar pun sama panjangnya. Belum lagi rombongan Bina Antar Budaya atau American Field Services yang datang dalam satu rombongan. :-)

Proses diatas harus dilengkapi sebelum akhirnya tiba di hari wawancara. Pengalaman wawancara, saya ceritakan besok. Insya Allah.

Sabtu, 23 Juni 2012

(Exes) Economist Reunite!



June 23rd, 2012.
07.30 PM.

Tick tick!

I kept looking to the rotation of the needle on my wrist-watch, while the traffic jam had stuck for almost 40 minutes. Well, it was a mistake to make a reunion appointment on Saturday night, and when Jakarta celebrated its 485th anniversary. Millions of people was just on the road. Foke!

Trying to be calm, then sending an alert message to Rizky, that I would come late (I was late in fact!) and asked him to order an orange juice for me, so I could get a drink when I arrived at Plaza Semanggi. He replied, "we haven't got a seat!!!!". Oh, Jakarta!

But all those whines turned into smiles and laughs when finally I saw Andien and her husband, Sriel, Susi, Happy and his girlfriend, and also Rizky. Edo came eventually. The exes of economist reunite!

Sriel works for American Field Service aka Bina Antar Budaya, Susi teaches at SMK Itaco Bekasi, Happy works for Warta Ekonomi, Rizky has left his Multi-Level-Marketing career and now works as Marketing officer (ha ha ha), while Edo, the one of the only two smartest Economics student, works for Sampoerna Education as Financial Management lecturer and researcher. Andien and I work in Ministry of Finance, so we keep in touch a lot. 

It always fun to meet again with old friends, and we could easily click in a second. Susi is always the funniest and innocent one. She shared her genuinely passion as a teacher recently. Not only teaching in SMK Itaco, she is also being a headmaster of Akadami Berbagi Bekasi. Andien shared her early pregnancy. Edo thought about his PhD plan. Old jokes. Future arrangements. So on. Conversations flowed up until 11.00 PM. Time to go home! 


 

Be courteous to all, but intimate with few, and let those few be well tried before you give them your confidence.
George Washington

Senin, 11 Juni 2012

May Recap!

Last May was a very productive month. I joined a photography workshop with Tyler Stableford, got a certificate for a distance learning course on Creative Thinking by PPM Manajamen, got my service passport done, joined a Focus Group Discussion on making a Dream Book, applied an account on Citibank (which was a funny experience!), visited Lampung for a friend's wedding, joined an LPEM UI training for estimating Non Tax Revenue, and met Casey Nolen Jackson (a super nice writing advisor) at Education USA Indonesia. Even this May included a long weekend, I thought I did not waste many time doing nothing.

I have shared the stories on applying a saving account to Citibank and joining workshop on photography in this blog.

Having relatively 'free time' for a week by joining an LPEM UI training, I was so grateful. 'Free time' in my dictionary is that I can back home at 5 PM and have my Maghrib prayer at home. In my normal office hour, they are almost impossible. Twice or thrice, I thought that my office hour (7.30 AM to 5 PM de jure, or 7 PM de facto)  is inhuman. And able to leave all the stressfulness early really make me believe that it is not just a thought. It is (inhuman)! Ha ha ha.... But I definitely feel alive when I can take a shower, then have a prayer, read Quran for one 'ain or a couple pages of book, call parents or friends, create a post, and go to bed at 9 PM, and have a tight sleep. Subhanallah!

16 May 2012. One day before having a long weekend (17 - 20 May), my schedule was so tight. I had to formulate a new report for the Transfer to Region budget in the morning. After lunch, I went to PPSDM dormitory in Jurangmangu, Tangerang Selatan to take my service passport. Pak Sukurdi, an official of BPPK, who responsible for the passport was on his duty in the dorm. A bit doubt with the new Commuter Line's schedule, I just let by gone be bygone. When I had just arrived at Tanah Abang station, it was raining hard. Alhamdulillah. Thankfully, when I reached Pondok Randji station (my destination), the rain had stop. Super alhamdulillah!

I went back to Jakarta at 4.30 PM, and went straight away to PPM Manajemen. I had an appointment to take my certificate that day. I was afraid if the person in charge had left his office. In fact, the person in charge was waiting for me. Thank to 'Bapak PPM Manajemen'. I forgot asking his name. My bad!

Doing this and that, going here and there, was a nice day in fact!