Suasana pagi hari di Maastricht School of Management (MSM)
masih sangat sepi ketika saya masuk ke area lobby. Papan pengumuman
dengan tanda panah penunjuk arah menjadi panduan untuk peserta kursus singkat. Executive
Programme e-Government 3rd Floor.
Tampak tumpukan papan nama dan booklet panduan di
ujung meja yang menyerupai huruf U. Peserta yang mulai berdatangan satu persatu
mengambil papan nama masing-masing. Total peserta e-government short course
terdiri dari 15 peserta yang berasal dari Indonesia, Irak, dan Yordania. Tiga
orang Indonesia dan saya duduk berdampingan satu sama lain dalam satu lajur. Birds
of a feather flock together.
Joris H.T. Stadhouders, Assistant Professor of Management
Information Systems, membuka secara resmi e-government short course yang
akan berjalan selama 3 minggu ke depan. Perkenalan tentang budaya Belanda dan pengalaman
kerja dipaparkan Joris secara singkat. Dia meminta kami mencari teman bukan
satu negara untuk berkenalan dan kemudian saling memperkenalkannya ke seluruh
peserta di kelas.
Nina dan saya di Gemeente Maastricht |
Nina, peserta dari Kurdistan, menjadi rekan saya untuk sesi
perkenalan ini. Dia berprofesi sebagai pengajar di Technical College of
Informatics, Sulaimani Polytechnic University. “I thought you were Lorde,”
ketika saya berjabat tangan dengannya. Penampilan Nina yang sangat casual,
berambut pirang, gadget modern, memiliki tato di lengan, dan bahasa Inggris
dengan aksen yang fasih hasil pendidikan di Inggris meruntuhkan stereotype media
tentang perempuan di Irak. Dari dia saya mendapat penjelasan jika Kurdistan
adalah bagian otonom khusus Irak dan Erbil, ibu kota Kurdistan, merupakan kota
yang sangat modern dengan berbagai macam pertokoan mewah. Dengan antusias, Nina juga menjelaskan potensi wireless Body Area Network, teknologi yang memungkinkan kita mengimplan chip ke dalam tubuh dan menggunakannya sebagai pengakses teknologi. (please correct me if I am wrong interpreting her explanation!)
Joris, yang sudah bergabung bersama MSM sejak tahun 1990-an,
menjelaskan jika MSM merupakan salah satu sekolah bisnis terbaik di Belanda dan
sudah berdiri sejak tahun 1950-an. Selain executive programme berupa
kursus singkat seperti yang kami ikuti, MSM juga memiliki program perkuliahan MBA,
Master in Management, MSc in Engineering, juga program doktoral termasuk
DBA. Program MBA MSM konon pernah menjadi peringkat 1 dalam sebuah survei sekolah bisnis di Belanda. Mahasiswa MSM sendiri datang dari berbagai latar belakang profesi dan telah
menghasilkan lebih dari 20 ribu alumni yang tersebar di 120 negara.
Sesi perkenalan pagi hari juga menjelaskan mengenai asuransi
kesehatan selama program berjalan dan diikuti dengan rehat. Asuransi kesehatan
hanya bisa digunakan dengan sistem rujukan pada dokter tertentu dan dengan
perjanjian terlebih dahulu. Jika kita datang pada dokter bukan tertunjuk dan/atau
tanpa perjanjian terjadwal, maka biaya kesehatan harus dibayar sendiri. Dalam
obrolan ringan ketika rehat, Joris membicarakan pengalamannya ke Indonesia
untuk riset bersama dengan Universitas Trisaksi. Dia juga menunjukan satu
lembar kertas surat dengan salah satu hotel di Anyer yang pernah dikunjunginya.
Dorus menerangkan letak Maastricht |
Dorus Evekink, salah satu Program Manager di MSM, lalu
memberikan presentasi tentang Belanda
dan kebudayaannya. Lebih kurang mirip dengan kelas akulturasi di Erasmus Huis. Beberapa
fakta menarik tentang Belanda yang dipaparkan Dorus antara lain:
- Dataran tertinggi di Belanda, Vaals' Hill, hanya 322,5
meter di atas permukaan air laut (dpal) dan tempat favorit warga Maastricht untuk
"mendaki" adalah Sint Pietersburg yang hanya 160-an meter dpal. That’s
not even a hill!
- Di tahun 2014, menurut data Statistics Netherlands (CBS) populasi
Belanda mencapai 16,9 juta dan terdapat lebih dari 18 juta sepeda. Sebanyak 750
ribu sepeda dilaporkan dicuri setiap tahunnya.
- Related to the ICT, 94% of the Dutch age 12-75
has access to a desktop and laptop, with 81% of them uses internet for banking,
95% for email, and 30% search for a job.
- blog terkait kelas akulturasi di Erasmus Huis dapat
dibaca di Seluk Beluk Pendaftaran Beasiswa Stuned: Pengalaman -
Sesi pengenalan kemudian dilanjutkan dengan kunjungan ke
perpustakaan dan fasilitas teknologi informasi. Dalam perjalanan dari kelas ke
perpustakaan, kami berkenalan singkat dengan Professor Wim Naudé, Dean dari
MSM, yang mengucapkan selamat datang kepada seluruh peserta dan menghimbau
semua peserta untuk menikmati fasilitas di MSM. Perpustakaan MSM berukuran
cukup mini dan memiliki lebih kurang 10 meja baca bersama---setiap meja bisa
diduduki 4-6 orang. Salah satu meja di samping jendela dengan pemandangan taman
menjadi spot paling menarik di perpustakaan itu. Sementara itu, buku-buku referensi
tersusun rapi di beberapa lajur rak.
Ruang Laboratorium Komputer MSM |
Fasilitas teknologi informasi yang berdampingan dengan perpustakaan menjadi
tempat orientasi berikutnya. Di laboratorium komputer ini, kami diperkenalkan
dengan sistem IT di Maastricht. Dengan perpustakaan yang mini dan buku referensi
terbatas, jurnal elektronik rupanya menjadi sumber referensi utama untuk
civitas MSM. Jurnal langganan yang terdaftar amat sangat representatif, tidak
kalah dengan Columbia Universities Library Catalog. Setiap peserta e-government
short coursemendapatkan ID masing-masing dan dapat digunakan selama 6 bulan
(meski dalam broadcast email disebutkan bisa diakses selama 1 tahun).
“Download as many journal as you want while you’re here
for your class or for your work later. Take advantage of the facility,”
saran salah satu fasilitator IT MSM.
Sesi orientasi hari pertama di MSM berakhir pada sore hari.
Selepas menyimpan tas di kamar, saya menyempatkan diri main-main ke Lidl, salah
satu grocery store, sekitar 10 menit berjalan kaki dari Aparthotel
Randwyck. Tampak sedang ada sale coklat di sana, tetapi kemudian saya
ingat jika tas belanja reusable tertinggal di kamar. Sempat terpikir
untuk mengambil tas dan kembali ke Lidl, tetapi toko tersebut tutup pukul 6
sore (kecuali hari Kamis, tutup pukul 8 malam). Batal lah saya berbelanja hari
itu.