Selasa, 14 Agustus 2012

Buka Puasa Pertama di Luar Indonesia

14 Agustus 2012
24 Ramadhan 1433 H

Hari pertama sampai di New York, saya menginap di KJRI. Perjalanan dari JFK ke Manhattan ternyata tidak terlalu lama. Saya tiba di KJRI sekitar pukul setengah enam sore. Di Indonesia, saat bulan Ramadhan, pukul setengah enam adalah waktu paling dirindukan. Biji salak atau kolak pisang sudah mulai dihidangkan di meja makan di rumah. Atau, teman-teman kantor dan saya sudah mulai turun dari lantai 18 untuk ikut menyantap ifthar bersama di lobby lantai dasar.

Di New York?

Maghrib masih dua setengah jam. Orang juga lalu lalang membawa coffee cup atau hotdog dari deli cart. Tidak ada seremonial jelang buka puasa layaknya di Indonesia. Tapi untunglah saya di KJRI. Masih bareng-bareng dengan orang Indonesia.

Kebetulan juga, hari itu ada acara buka bersama orang-orang Indonesia di Masjid Al-Hikmah. Masjid tersebut adalah masjid perkumpulan orang Indonesia yang didirikan mulai tahun 1995. Info lebih lengkap mengenai Masjid Al-Hikmah ada di http://www.masjidalhikmahnewyork.org/.



Bersama dengan Ibu Rina dan Mas Ari (pegawai KJRI) dan diantar dengan mobil van oleh Kang Acup (saya panggil Kang karena asli Sukabumi), kami pergi dari area Fifth Avenue menuju daerah Long Island City. Di Queens, kami sempat pula mampir ke supermarket untuk membeli kurma dan buah-buahan. Saat membayar, kasir (perempuan berjilbab) bertanya, "Muslim?".

Mas Ari menjawab iya. Lalu perempuan itu bertanya lagi, "where are you from?"

Saat dijawab Indonesia, ternyata si perempuan mengatakan kalau dia juga pernah ke Indonesia. Saya berpikir jangan-jangan dia termasuk golongan orang-orang arab yang sering menginap di Oasis Amir atau Lumire, dekat kantor saya di Senen, Jakarta he he he.

Tak lupa dia mengucapkan salam, "wassalamu'alaikum" saat kami pamit setelah membayar.

Masjid Al-Hikmah ternyata cukup besar juga untuk ukuran New York. Ukuran masjidnya hampir sama dengan Masjid Ath-Thaibin di belakang kantor saya. Hanya saja, Al Himkah memiliki area parkir mobil yang bisa menampung 4-6 mobil. Area parkir ini yang diubah menjadi tenda untuk hidangan ifthar malam ini.



Selain buka bersama, sore itu ada pula pengajian yang diisi dengan ceramah. Karena datang agak telat, saya agak kurang menangkap apa sisi ceramahnya. Yang jelas dan mengagetkan, ternyata ustadz yang mengisi ceramah adalah Ketua Umum Persatuan Islam (Persis) Garut. Ya, Garut! Jauh-jauh saya ke New York, ketemunya orang Garut juga. Beliau ternyata sedang road show di beberapa kota di Amerika: New York, Philadelphia, Boston, dan lain-lain.


Menu berbuka puasa kali ini adalah campur-campur, entahlah ada namanya atau tidak di daftar menu masakan Indonesia. Ayam dibilang opor, tapi bukan opor, tapi mau dibilang ayam goreng juga bukan he he he. Yang paling Indonesia adalah Mie Goreng-nya. Saya yang merasa lapar nggak lapar ternyata menghabiskan cukup banyak Mie Goreng.

Orang Indonesia di New York tidak sesedikit yang saya kira ternyata. Memang mayoritas tinggal di daerah Queens, bukan di Manhattan. Tapi lumayan lah, setidaknya nggak merasa sendirian amat. Walaupun memang tidak semudah menemukan orang China atau Korea di jalanan kota New York.

Begitulah pengalaman saya berbuka puasa pertama di luar Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar